Selasa, 19 April 2011

GUS NENG PLEASE DEH JANGAN TENGIL

Ayya, jangan kau menghujat Allah…!.” Merah padam wajah Inas. Ia marah mendengar Ayya melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang terkesan menghujat TaqdirNya yang Maha Bijaksana.

Aku tidak sedang menghujat! Aku hanya sedang bertanya ‘dimana kekuasaanNya? Dimana taqdirNya?dimana…dimana?’. apa kau tau jawabannya Inas?.” Menghujam tajam, ke lubuk hati Inas yang paling dalam. Ayya Shofia, seorang gadis yang terkenal kelemah lembutannya, halus tutur katanya, baik budi pekertinya. Tiba-tiba berubah menjadi buas, bak induk singa yang diganggu dalam tidur nyenyaknya. Inas memilih diam, ia tak mau menambah amarah di hati Ayya.

Ukhti, hentikan pertanyaanmu itu!. Allah Maha Kuasa, Allah Maha di atas segala Maha. Tak pantas kau berucap seperti itu.” Ucap Faisal dengan suara lantang, seolah tak mau kalah tegas oleh Ayya. Ucapan Faisal ternyata tak mampu melunakkan hati Ayya, ucapan itu justru menjadi solar yang kian memperbesar kobaran api amarah di hati Ayya. Faisal adalah seorang putera Kyai besar, Ayahnya begitu tersohor di Indonesia. Namun, keluhuran budi sang Ayah agaknya tak menurun sedikitpun padanya. Entahlah… mungkin karena lingkungan yang terlalu memanjakannya.

Hai… diam kau Gus!. Kau mengatakan Allah Maha Kuasa, kau katakan Allah Maha di atas segala Maha, apakah betul di dalam hati mu betul-betul tertanam apa yang kau ucap tadi???!.” Ucap Ayya sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Faisal.

Ucapan Ayya menarik perhatian seisi kelas. Semua mata mengarah pada mereka bertiga. Inas menjadi panic, Inas tak ingin terjadi pertengkaran antara Ayya dan Faisal. Akan tetapi, ia pun tak mampu meredam amarah sang sahabat. “Kenapa kau berbicara seperti itu Ayya?. Ku mohon tenangkan diri mu sobat, lihatlah kita jadi pusat perhatian seisi kelas…” Inas mencoba meredam.

oh… lebih bagus itu sobat, biar seisi kelas ini menjadi saksi ucapan Gus Faisal. Gus Faisal yang terhormat, tak sedikit pun saya yaqin kata-kata yang baru saja keluar dari lisan anda adalah murni dari hati anda. Wallohi, saya tak yaqin sama sekali!.” Hening. Ruang kelas yang tak begitu luas itu kini berubah menjadi hening, bak kuburan.

Ayya, kau ini apa-apaan sih?. Apa sebetulnya yang membuat mu seperti ini, begitu membenciku, dan tak sedikit pun percaya terhadap apa yang aku ucap tadi?. Aku salah apa Ayya?!!.” Ucap Faisal dengan nada yang agak meninggi. Keadaan di ruangan itu berubah menjadi panas. Teman-teman Ayya hanya diam, walau di dalam hati mereka bergemuruh amarah yang sama dengan Ayya. Namun, mereka tak senekat Ayya yang berani terang-terangan meluapkan amarahnya pada Faisal.

Entah sudah menjadi tradisi, entah itu hanya kebetulan saja. Faisal yang putera seorang Kyai besar, begitu sok berkuasa. Mengatur seisi kelas, memerintah seenaknya dan meremehkan orang semaunya. Padahal ia bukan siapa-siapa, ia seperti lupa bahwa yang Kyai besar adalah Ayahnya dan kalau bukan karena Ayahnya mungkin seluruh santrinya pun tak akan memanggilnya Gus. Tak akan menghormatinya, tak akan menyayanginya dan tak akan mau ia remehkan seperti itu. Andai Faisal adalah Ayya, apakah Faisal mau diremehkan, difitnah dengan apa yang tidak pernah ia perbuat?. Tentu ia pun tak akan mau.

Hai Gus, sebelum kau berucap pikirlah dulu!.” Ucap Ayya sambil meletakkan jari telunjuknya tepat bagian kanan keningnya. “Kalau kau yaqin Allah Maha Kuasa kenapa kau selalu bersikap sok berkuasa?!. Aku tak pernah memungkiri manusia adalah tempatnya khilaf, tapi kalau terjadi terus menerus apa itu masih akan kau katakan sebagai khilaf Gus?!”. Faisal hanya diam.

Gus, Ayya tak menuntut bahwa anda harus selalu bersikap BENAR. Tapi belajarlah meletakkan segala sesuatu di tempat yang BENAR!.” Merah padam muka Faisal, ada amarah yang tak lagi mampu ia redam. Ia yang selalu berada pada posisi yang dielu-elukan. Ia yang selalu mendapat sapaan Gus dimana pun ia menginjakkan kaki, dimana pun ia tholabul ilmy. Kini, ia harus menerima ditampar habis-habisan oleh kata-kata Ayya. Seisi ruangan menyunggingkan senyum dengan sejuta arti. Teman-teman Faisal yang merupakan teman Ayya juga, telah lelah menghadapi sikap Faisal yang selalu ingin dihormati, dilayani dan dituruti setiap keinginannya. Andai mereka berani berucap, tentu mereka akan berkata “INI BUKAN PONDOK ABAH mu GUS, KAMI BUKAN SANTRI ABAH mu, KAMI INI TEMAN mu!.”

Wajah Ayya terlihat sedikit cerah, Inas menarik napas lega. Walaupun Inas yaqin, kini api amarah tengah berkobar besar di hati Faisal. “Sudah cukup kah bukti yang saya ajukan Gus?!.” Tegas Ayya berucap. Matanya menatap Faisal tajam, Seolah ingin memojokkan Faisal. Gus Faisal yang biasa berbicara dengan begitu angkuhnya, kini tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya diam, dan perlahan menjauh dari posisi Ayya berdiri. Faisal kembali ke tempat duduknya. Selang tak berapa lama setelah Faisal kembali duduk, riuh tepuk tangan seisi kelas memenuhi ruangan.

Inas memberi isyarat kepada teman-teman untuk diam, ia takut suara tepuk tangan itu mengganggu kelas-kelas lain yang tengah belajar. Ayya pun tak mau kalah ia berdiri di depan kelas, memberi isyarat yang sama. Suasana kelas menjadi hening. Setelah berbisik sejenak dengan Inas, Ayya mengambil alih kelas. Inas kemudian duduk setelah sebelumnya menutup pintu kelas. Setelah mengucap basmallah dan salam, Ayya kemudian mengawali pembicaraannya.

Sahabat-sahabat ku, Ayya berdiri disini tidak untuk menggurui antum semua. Tidak juga untuk mempermalukan salah satu diantara kalian semua. Sahabat ku, apa kalian ingat apa tujuan kalian datang ke tempat ini?. Mari kita renungkan sejenak kawan, mari kita pikirkan dengan hati dan akal kita. Apa kita kesini dengan tujuan mencari ketenaran?. Apa kita kesini dengan tujuan agar kita dihormati oleh banyak orang?. Apa kita kesini dengan tujuan ingin mencari kebutuhan duniawi?. Ataukah kita kesini dengan tujuan tholabul ilmy?. Memperbaiki diri, belajar tawadhu dan belajar memahami bahwa kita tidak dibutuhkan umat melainkan kita lah yang butuh umat?. Yang mana tujuan mu datang kesini kawan?.” Hening. Diam tanpa kata.

Sahabat ku, ketika Ayya berbicara tadi, ketika Ayya beradu argument dengan sahabat kita. Sama sekali Ayya tidak marah dengan sahabat kita, Ayya juga tidak sedang menegurnya sama sekali tidak sahabat ku. Ayya sedang menegur diri Ayya sendiri, Ayya sering membuat sahabat ku kesal, sering membuat sahabat ku harus berusaha memenuhi permintaan Ayya, padahal mungkin ketika itu sahabat ku tengah sibuk. Dari lubuk hati yang paling dalam ana minta maaf.” Seisi ruangan tersenyum, senyum maaf untuk Ayya. Kecuali satu orang, dia adalah Faisal yang mungkin masih kesal dengan ulah Ayya tadi.

Sahabat ku, ayo kita sama-sama belajar. Belajar untuk tawadhu dan menjaga adab kita. Karena apalah artinya ilmu tanpa adab dan tawadhu. Sahabat ku, ilmu itu ibarat air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Bagaimana mungkin ilmu mampu kau dapat, bila kau selalu bersikap tinggi hati?. Bukankah Allah Swt telah menggambarkan di sekeliling kita, dengan air mancur yang memancar ke atas kemudian jatuh lagi ke bawah. Apakah air itu akan mengalir?. Tidak, sekali lagi tidak!. Air itu hanya akan jatuh di tempat yang sama. Begitu juga diri mu, ketika kau tholabul ilmy dengan bermodalkan sikap tinggi hati, sekali lagi Ayya yakinkan ilmu itu tak akan kalian dapat. Karena ilmu itu hanya akan jatuh pada tempat yang sama yakni tetap menjadi milik guru kita. Karena kita tak memberikan kesempatan pada ilmu itu untuk mengalir ke dalam tubuh kita. Ingat sahabat ku, bertawadhulah dan jagalah adab mu!.”

jangan kau bangga dengan apa yang dimiliki orang tua mu, jangan kau merasa pasti masuk syurga karena kalian adalah santri. Jangan sahabatku, jangan seperti itu. Apakah ketika Allah Swt menjamin Abah dan Umi kita dengan syurga, apa seketika itu juga Allah Swt menjamin kita masuk syurga juga?.”

jangan pula kalian bangga dengan gelar yang kalian sandang, letakkanlah selendang Gus juga Neng kalian itu di rumah. Jangan petantang petenteng disini, jangan sahabat ku!. Ingatlah, sebelum orang tua kita menjadi orang besar, sebelum kakek nenek kita menjadi orang besar, berilmu, disegani dan di hormati mereka pun sama seperti kita. Mereka adalah orang kecil yang terus dan terus berusaha menjadi besar. Jangan kalian kotori hasil usaha mereka dengan sikap takabur mu, jangan kau kotori hasil usaha mereka dengan tutur kata kotor mu itu. Jangan kalian merasa menjadi orang besar, tapi berusahalah menjadi orang besar.” Ucap Ayya mengakhiri pembicaraannya. Sebelum menutup pembicaraannya dengan salam Ayya kembali berucap “jangan kalian remehkan orang kecil, karena tanpa orang kecil kalian bukan orang besar. Jangan kalian remehkan seorang santri, karena tanpa adanya mereka anda bukan seorang GUS ataupun NENG. Please deh jangan jadi GUS dan NENG yang tengil…!”. Seisi ruangan dipenuhi tawa, termasuk Faisal yang sudah mampu menguasai dirinya. Dan segera meminta maaf kepada seluruh teman-temannya.

Jumat, 04 Maret 2011

Syahid akhirat siapa saja ?

oleh Ahsan Qomaruzzaman

Syahid itu ada 3 macam :

1. Syahid dunia akhirat

2. Syahid dunia

3. Syahid akhirat

yang menjadi pembahasan kali ini syahid akhirat.

Adapun orang yang termasuk mati syahid akhirat adalah :

1. Orang yang sakit perut, yaitu : orang yang mati karena sakit perut. Baik berupa busung air ( perutnya di penuhi cairan kuning ) atau sebab urus-urus (mencret)

2. Orang yang mati tenggelam, meskipun tenggelamnya di sebabkan maksiat, dengan meminum minuman keras, bukan orang yang tenggelam di sebabkan naik perahu atau kapal laut pada waktu angin ribut. Orang yang tenggelam dg cara seperti ini bukan termasuk syahid.

3. Orang yang mati sebab penyakit tho'un meskipun tdk pada waktu mewabahnya penyakit thoun atau dg sebab selain thoun namun pada waktu mewabhnya thoun atau setelahny dg syarat bersabar dan mengharap pahala dari ALLAH

4. orang yang mati di sebabkan rindu dendam dengan syarat menjaga diri dari hal yang di haramkan meskipun dari hanya sekedar melihat orang yang di cintai. Seandainya ia berduaan dengan orang yang di cintai, tidak akan melanggar norma2 syar'i, selain itu juga bisa menyimpan rindu dendamnya, sampai2 kepada orang yang di cintai pun, ia tidak pernah memperlihatkan nya.

5. Wanita yang mati karena sakit melahirkan meskipun hasil dari perzinahan dengan syarat tidak bermaksud untuk menggugurkan kandungan nya (aborsi)

6. Orang yang di bunuh secara dzolim meskipun hanya melihat keadaannya saja. Misalny orang yang sebenarnya harus di hukum dengan memancung kepalanya kemudian di bunuh dengan membelah badan nya.

7. Orang mati dalam pengembaraan meskipun pengembaraan nya itu tergolong maksiat. Misalnya budak yang pergi tanpa pamit dan juga istri yang pergi karena nusyuz pada suaminya.

8. Orang yang mati pada waktu mencari ilmu meskipun berada di tempat tidurnya.

9. Orang yang mati terbakar api

10. Orang yang mati karena robohnya bangunan

11. Begtu juga orang yang mati mendadak atau di negeri musuh seperti yang di komentarkan ibnu ar-rif'ah

12. Begitu juga termasuk syahid akherat, orang yang mati dengan sebab di had, baik pelaksanaan tersebut melebihi ketentuan ataupun tidak, berdasarkan kemauan sendiri (taubat) ataupun tidak. Pengertian syahid bagi mereka adalah terus menerusnya mendapat rizki di sisi tuhan nya, dan dalam keadaan hidup bebas di alam barzakh. Demikian ini di komentarkan al-hasani

(nihayah az-zain hal 160 lin nawawi al-bantani)

Bidadari pun cemburu padanya..

oleh Ahsan Qomaruzzaman

Ia mutiara terindah dunia

Bunga terharum sepanjang masa

Ada cahaya di wajahnya

Betapa indah pesonanya

Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya

Kelak, ia menjadi bidadari surga

Terindah dari yang ada

Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari- bidadari yang bermata jeli'."

Beliau menjawab, "Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar."

Saya berkata lagi, "Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, 'Laksana mutiara yang tersimpan baik'." (Al-waqi'ah : 23)

Beliau menjawab, "Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia."

Saya berkata lagi, "Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, 'Di dalam surga- surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik- cantik'." (Ar-Rahman : 70)

Beliau menjawab, "Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita"

Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, 'Seakan- akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik'." (Ash-Shaffat : 49)

Beliau menjawab, "Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur."

Saya berkata lagi, "Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, 'Penuh cinta lagi sebaya umurnya'." (Al-Waqi'ah : 37)

Beliau menjawab, "Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya."

Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?"

Beliau menjawab, "Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak."

Saya bertanya, "Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?"

Beliau menjawab, "Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning- kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, 'Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.'."

Saya berkata, "Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?"

Beliau menjawab, "Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, 'Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya'. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat."

--

Sungguh indah perkataan Rasulullah sallallahu'alaihi wa sallam yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari saudaraku.

Sungguh betapa mulianya seorang muslimah yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya.

Sebaik-baik perhiasan ialah wanita salehah. Dan wanita salehah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada. Bahkan seorang "Aidh Al-Qarni menggambarkan wanita sebagai batu-batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya di dalam bukunya yang berjudul "Menjadi wanita paling bahagia".

Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an-nisa ayat 34, bahwa wanita salehah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.

Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita salehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang salehah kelak akan menjadi bidadari- bidadari surga yang begitu indah.

Duhai saudariku muslimah, maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari-bidadari surga. Maka, berlajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu.

pernikahan nabi musa dan putri nabi syuaib

oleh Ahsan Qomaruzzaman

Nabi musa dan putri nabi syu’aib ( syofuro’ )

Sesungguhny musa as. Menjual tenaganya selama delapan atau sepuluh tahun demi menjaga kesucian kemaluannya dan menjaga kesucian perutnya, sabda rosulullah saw. Sebagaimana diriwayatkan oleh ibnu majah dari utbah bin mundzir as-sulami

Perjalanan hidup nabi musa dan putri nabi syuaib menjelang pernikahan hingga rumah tangganya berjalan delapan atau sepuluh tahun merupakan cermin yang dapat di jadikan bahan renungan bagi muda mudi yang hendak beranjak menikah atau bagi orang- orang yang mengawali bahtera kehidupan berumah tangga pada sepuluh tahun pertama. Bahwa setelah kesulitan pasti ada kelapangan, asal rumah tangga itu menyertakan ketakwaan..ALLAH mengabadikan kisah yang anggun dan mengesankan itu pada kitab suci al-quran surat al-qoshos ayat 20-28

Tatkala menerima nasehat dari laki-laki bijak untuk meninggalkan mesir karena fir’aun dan punggawa negri itu berencana membunuhnya, maka nabi musa buru buru keluar dari negeri nil itu dengan perasaan takut dan khawatir. Ia berjalan sembari menoleh ke sana kemari, karena takut di ketahui oleh fir’aun. Ia tidak tau kemana ia harus menuju dan kemana ia harus pergi, kerena ia belum pernah sama sekali keluar dari negri mesir, akan tetapi karena ia adalah nabi, pasti ALLAH membimbingnya.

Sesampai di negri madyan, tepatnya disebuah sumber air, nabi musa menjumpai sekumpulan orang laki laki sedang berebutan meminumkan ternaknya, sementara tidak jauh dari tempat itu dua gadis sedang menambatkan ternaknya dengan muka penuh keteguhan.

Nabi Musa lalu menghampiri keduanya, seraya bertanya, “apakah maksud kalian dengan berbuat begitu ?

Kedua gadis itu menjawab : kami tidak dapat meminuman ternak kami, sebelum penggembala penggembala itu meminumkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya,

Mersa iba,nabi musa lalu membantu meminumkan ternaknya.

Para penggembala itu setelah selesai memberi minum ternaknya biasanya mereka menutup mulut sumber air tersebut dengan batu besar.nabi Musa mengangkat batu besar itu sendirian. Padahal, menurut sahabat umar bin khottob ra, batu besar itu tidak bisa di angkat kecuali oleh sepuluh orang. Dia lalu memberi minum ternak gadis itu, kemudian setelah selesai , dia mengembalikan batu seperti semula.

Nabi musa setelah itu berteduh di bawah pohon, dia bermunajat kepada ALLAH seraya berdoa mengadu,

“ya tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan (rejeki) yang engkau turunkan padaku.”

Saat itu dia merasakan lapar yang sangat, perutnya di ibaratkan menempel dengan punggungnya. Sayur mayur dan dedaunan yang slalu di makannya beberapa hari belakangan dalam perutnya bahkan tampak kelihatan dari luar. Sementara dua gadis tadi telah pulang pulang lebih awal dari biasanya.

Tidak berselang lama, dua gadis yang di tolongnya tadi datang menghampirinya seraya malu malu. Keduanya adalah putri nabi syuaib as. “ sesunggauhnya bapakku mengundangmu agar ia memberi balasan terhadap kebaikanmu memberi minum terna kami”. Ucap salah satu gadis itu jelas dan terang terangan. Sikap ini dikedepankan karena kedua gadis ini kuat dalam hal memelihara kehormatan diri dari lawan jenis

Ketika nabimusa mendatangi bapaknya (syuaib), ia di jamu secara soesial. Lalu ia menceritakan kisah yang di alaminya,nabi syuaib as berkata menghibur, “ janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang orang dzolim itu. Daerah ini bukan wilayah mereka.

Sesaat kemudian, salah satu dari putri nya berkata : wahai ayah ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, meminumkan ternak kita, karena sesungguhnya orang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja pada kita adalah orang yang kuat lagi dapat di percaya.”nabi Syuaib bertutur : apa yang engkau ketahui tentang dia ?” putrinya menjawab dengan menunjukkakn gambaran kekuatan dan amanah nabi musa as. “ dia mampu mengangkat batu besar yang tidak akan mampu di angkat kecuali oleh sepuluh orang. Dan tatkala aku berjalan bersamanya dan aku berada di depannya,karena akul lah yang tau arah menuju rumahku, dia berkata kepadaku : berjalanlah kamu di belakangku. Jika arah jalannya akan belok, maka lemparkan kerikil kepadaku ke arah kiri atau kanan agar aku tahu arah yang benar.”

Nabi Syuaib as. Berkata kepada musa hendak mengemukakan rencana spektakuler, “ sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah satu dari putriku ini, atas dasar ( dengan syarat ) kamu bekerja denganku 8 tahun dan jika engkau genapkan 10 tahun, maka itu adalah suatu kebaikan dari mu, maka aku tidak hendak memberatimu. Dan kamu insya ALLAH akan mendapatiku termasuk orang orng yang baik.”

Nabi Musa menjawab : “itulah perjanjian antara aku denganmu. Dan ALLAH adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.

“siapakah anakku yang engkau pilih ?” tanya nabi syuaib as. “ terserah engkau saja, mana di antara kedua putrimu yang engkau tetapkan, maka aku tidak akan menolaknya. “ nabi syuaib lalu menikahkan putrinya yang paling muda dengan nabi musa, sedang nabi musa memilih menyempurnakan perjanjiannya sepuluh tahub sebagai tambahan kebaikan darinya.

“sesungguhnya nabi musa menjual tenaganya selama 8 atau 10 tahun demi menjaga kesucian kemaluannya menjaga kesucian makanan perutnya.” Sabda rosulullah sebagaimana yang di riwayatkan oleh imam ibnu majah dari uthbah bin mundzir as-sulami.

Setelaha masa perjanjian selesai, musa nabi musa memohon izin kepada mertuanya untuk kembali ke mesir. Nabi syuaib as mengzinkannya, sebelumnya nabi musa meminta istrinya agar memohon kepada bapaknya di beri kambing yang dapat menopang kehidupan rumah tangganya. Bapaknya pun memberikan kepadanya setiap anak yang di lahirkan dari induknyapada tahun itu. Nabi musa kemudian memboyong istri dan anaknya serta kambing kambingnya ke negri asalnya, mesir.

Dari sini sebagian ulama’ berpendapat bahwa ujian ( susah ) berumah tangga lazimnya di alami pasangan suami istri pada 8 atau 10 tahun pertama. Bila ujian itu di lalui dengan lulus, maka rumah tangga akan menjadi bahagia, harmonis danlapang pada masa masa berikutnya, insya ALLAH, asal tentunya sikap taqwa,shaleh slalu menyertai rumah tangga tersebut. ^_^